BANJIR
A. Pengertian Banjir
Banjir merupakan fenomena alam
yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai.
Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air
di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang
luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi,
yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus
hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan
Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan
air ke dalam tanah.
Aliran
Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan Bumi
dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk
alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di
suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di
tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
Secara sederhana,
segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan
hilir.
1. Daerah hulu: terdapat
di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan
melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang
berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir
di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai
sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air
sungai.
2.
Daerah tengah: umumnya
merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai
melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi.
Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai
melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir
kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan
sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar
dari alur sungai.
3.
Daerah hilir: umumnya
merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing
sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat
berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri dan
kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air
sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini
terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan
dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu
sendiri yang diendapkan sebelumnya.
Banjir merupakan bagian proses
pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir, sedimen diendapkan di
atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga
terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.”
Banjir yang meluas hanya terjadi di
daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di kiri dan kanan aliran
sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang
berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika
alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
B. Macam-macam Banjir
Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya:
· Banjir
air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab
banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan
meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh
hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi
menampung air.
·
Banjir
“Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air.
Namun banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit
air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang
melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar
rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka
banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
·
Banjir
bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang
satu ini juga mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas
lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu berenang
ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang
mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini
biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor
karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir
bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu
berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang
berada di wilayah sekitar pegunungan.
·
Banjir
rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air
laut. Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut
yang pasang ini umumnya akan menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya
mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
·
Banjir
lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar
dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi.
Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir
ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan
sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke pemukiman
warga.
·
Banjir
lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di
daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh
keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar
dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan
gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur
panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak
titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
C. Kawasan Rawan Banjir
Daerah Rawan Bencana adalah
kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis,
geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada satu wilayah
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, merendam,
mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk mengagapi dampak buruk bahaya
tertentu.
Menurut Isnugroho (2006), kawasan
rawan banjir merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana banjir sesuai karakteristik penyebab banjir, kawasan tersebut dapat
dikategorikan menjadi empat tipologi sebagai berikut :
a. Daerah Pantai
Daerah pantai merupakan daerah yang
rawan banjir karena daerah tersebut merupakan dataran rendah yang elevasi
permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang
rata-rata (mean sea level) dan tempat bermuaranya sungai yang
biasanya mempunyai permasalahan penyumbatan muara.
b. Daerah Dataran
Banjir
Daerah dataran
banjir (Floodplain Area) adalah daerah di kanan-kiri sungai yang muka
tanahnya sangat landai dan relatif datar, sehingga aliran air menuju sungai
sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir baik
oleh luapan air sungai maupun karena hujan local. Kawasan ini umumnya terbentuk
dari endapan lumpur yang sangat subur sehingga merupakan daerah pengembangan
(pembudidayaan) seperti perkotaan, pertanian, permukiman dan pusat kegiatan
perekonomian, perdagangan, industri, dll.
c. Daerah Sempadan
Sungai
Daerah ini merupakan kawasan rawan
banjir, akan tetapi, di daerah perkotaan yang padat penduduk, daerah sempadan
sungai sering dimanfaatkan oleh manusia sebagai tempat hunian dan kegiatan
usaha sehingga apabila terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencana yang
membahayakan jiwa dan harta benda.
d. Daerah Cekungan
Daerah cekungan merupakan daerah
yang relatif cukup luas baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.
Apabila penatan kawasan tidak terkendali dan system drainase yang kurang
memadai, dapat menjadi daerah rawan banjir.
Klindao (1983) dalam Yusuf (2005)
menyatakan bahwa kerentanan banjir adalah memperkirakan daerah-daerah yang
mungkin menjadi sasaran banjir. Wilayah-wilayah yang rentan banjir biasanya
terletak pada daerah datar, dekat dengan sungai, berada di daerah cekungan dan
di daerah pasang surut air laut. Sedangkan bentuklahan bentukan banjir pada
umumnya terdapat pada daerah rendah sebagai akibat banjir yang terjadi
berulang-ulang, biasanya daerah ini memiliki tingkat kelembaban tanah yang
tinggi dibanding daerah-daerah lain yang jarang terlanda banjir. Kondisi
kelembaban tanah yang tinggi ini disebabkan karena bentuklahan tersebut terdiri
dari material halus yang diendapkan dari proses banjir dan kondisi drainase
yang buruk sehingga daerah tersebut mudah terjadi penggenangan air.
D. Ciri-ciri bencana banjir
Berdasarkan akibatnya sebagai berikut :
- Banjir
biasanya terjadi saat hujan deras yang
turun terus menerus sepanjang hari.
- Air menggenangi tempat-tempat
tertentu dengan ketinggian tertentu.
- Banjir mengikis permukaan
tanah sehingga terjadi endapan tanah di
tempat yang rendah.
- Banjir
dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.
- Sesudah
banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.
- Banjir
dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan,
atau hilangnya orang.
- Banjir
dapat menyebabkan kerugian yg besar baik secara moril maupun materiil.
E. Jenis – Jenis Banjir
Secara umum, banjir dapat dibedakan menjadi tiga jenis
sebagai berikut ;
1. Banjir Kilat atau
Banjir Bandang.
Banjir jenis ini terjadi hanya dalam waktu sekitar 6 jam
sesudah hujan lebat turun. Banjir ini sangat cepat datangnya sehingga sulit
memberikan peringatan bahaya kepada penduduk dengan cepat. Penyebab banjir
kilat, yaitu: Hujan deras, Bantaran sungai rapuh, Bendungan jebol, Perubahan
lahan di hulu sungai, Es yang mencair (di daerah dingin).
Banjir kilat lebih sering terjadi di daerah yang berlereng
curam, sungainya dangkal, dan volume air hujan meningkat tajam.
2. Banjir Luapan
Sungai
Banjir ini terjadi melalui proses yang lama sehingga
datangnya kadang lolos dari pengamatan. Banjir terjadi bersifat musiman atau
tahunan dan berlangsung sampai berhari-hari pada wilayah yang luas. Penyebab
banjir luapan sungai, yaitu: Longsor tanah yang mengurangi daya tampung sungai,
Salju mencair.
Banjir yang berasal dari luapan anak sungai menuju sungai
utama biasa disebut banjir kiriman. Besarnya banjir dipengaruhi kondisi tanah
seperti kelembapan, vegetasi yang tumbuh di atas tanah, serta keadaan permukaan
tanah, misalnya tanah terbuka atau tanah diperkeras.
3. Banjir Pantai
Banjir yang dikaitkan dengan terjadinya badai tropis (angin
puyuh). Bencana ini makin parah bila angin kencang bertiup di sepanjang pantai.
Penyebab banjir pantai, yaitu: Badai, Gelombang pasang, Tsunami. Banjir pantai
mengakibatkan air laut menggenangi dataran pantai ke arah pedalaman.
Dilihat dari aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat
diklasifikasikanmenjadi 4 jenis, yaitu:
a. Banjir yang
disebabkan oleh hujan yang lama, dengan intensitas rendah (hujan siklonik atau
frontal) selama beberapa hari. Dengan kapasitas penyimpanan air yangdimiliki
oleh masing-masing Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang akhirnya terlampaui,
maka air hujan yang terjadi akan menjadi limpasan yang selanjutnya akan
mengalir secara cepat ke sungai-sungai terdekat, dan meluap menggenangi
areal dataran rendah di kiri-kanan sungai.
b. Banjir karena salju
yang mengalir, terjadi karena mengalirnya tumpukan salju dan kenaikan suhu
udara yang cepat di atas lapisan salju. Aliran salju ini akan mengalir dengan
cepat bila disertai dengan hujan. Jenis banjir ini hanya terjadi di daerah yang
bersalju.
c. Banjir Bandang
(flash flood), disebabkan oleh tipe hujan konvensional dengan intensitas yang
tinggi dan terjadi pada tempat-tempat dengan topografi yang curam di bagian
hulu sungai. Aliran air banjir dengan kecepatan tinggi akan memiliki daya rusak
yang besar, dan akan lebih berbahaya bila disertai dengan longsoran, yang dapat
mempertinggi daya rusak terhadap yang dilaluinya.
d. Banjir yang disebabkan
oleh pasang surut atau air balik (back water) pada muara sungai atau pada
pertemuan dua sungai. Kondisi ini akan menimbulkan dampak besar, bila secara
bersamaan terjadi hujan besar di daerah hulu sungai yang mengakibatkan meluapnya
air sungai di bagian hilirnya, serta disertai badai yang terjadi di lautan atau
pantai.
F. Penyebab Banjir
1. Penyebab Banjir Secara Alami
a. Pengaruh Fisiografi atau geografi fisik sungai
seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah aliran sungai (DAS), kemiringan
sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman,
potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan hal-hal yang
mempengaruhi terjadinya banjir.
b. Erosi dan Sedimentasi.
Erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas
penampang sungai. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran
sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. MenurutRahim (2000), erosi tanah
longsor (land-slide) dan erosi pinggir sungai (stream bank erosion) memberikan
sumbangan sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-sungai, bendungan dan
akhirnya ke laut.
d. Kapasitas Sungai.
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat
disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai
yang berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi
penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat, sedimentasi ini
menyebabkan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan sungai,
e. Kapasitas Drainasi
yang tidak memadai.
Sebagian besar kota-kota di Indonesia mempunyai drainasi
daerah genanga yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi
langganan banjir di musim hujan.
f. Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungaike laut. Pada
waktu banjir bersamaan denganair pasang yang tinggi maka tinggi genanganatau
banjir menjadi besar karena terjadialiran balik (backwater ). Fenomena
genangan air pasang (Rob) juga rentan terjadi di daerah pesisir sepanjang tahun
baik di musim hujan dan maupun di musim kemarau.
2. Penyebab Banjir Akibat Aktifitas Manusia
a. Perubahan kondisi DAS.
Perubahan kondisi DAS seperti
penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan
perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena
meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tata
guna lahan berkontribusi besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.
b. Kawasan kumuh dan Sampah.
c. Drainasi lahan.
Drainasi perkotaan dan pengembangan
pertanian pada daerah bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam
menampung debit air yang tinggi.
d. Kerusakan bangunan pengendali air.
Pemeliharaan yang kurang memadai
dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya
tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
e. Perencanaan sistim
pengendalian banjir tidak tepat.
Beberapa sistim pengendalian banjir
memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi
mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir anjir yang besar. Semisal,
bangunantanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul ketika terjadi
banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul. Hal
ini mengakibat kankecepatan aliran yang sangat besar melalui tanggul yang bobol
sehingga menibulkan banjir yang besar.
f. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami).
Penebangan pohon dan tanaman oleh
masyarakat secara liar (Illegal logging), tani berpindah-pindah dan permainan
rebiosasi hutan untuk bisnis dan sebagainya menjadi salah satu sumber penyebab
terganggunya siklus hidrologi dan terjadinya banjir.
G. Serangan dan Peringatan
Datangnya banjir diawali dengan gejala‐gejala sebagai
berikut :
1. Curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama merupakan
peringatan akan datangnya bencana banjir di daerah rawan bencana banjir.
2. Tingginya pasang laut yang disertai badai mengidikasikan
akan datangnya bencana banjir beberapa jam kemudian terutama untuk derah yang
dipengaruhi pasang surut.
3. Evakuasi dapat dimulai dengan telah disamai atau
dilampauinya ketinggian muka banjir tertentu yang disebut muka banjir/air
“siaga”. Upaya evakuasi akan efektif jika dilengkapi dengan sistem monitoring
dan peringatan yang memadai. Sistem peringatan dini dengan mengunakan sistem
telementri pada umunya kurang berhasil, karena keterbatasan dana untuk
pemeliharaan alat dan tidak mencukupinya jumlah tenaga dan kemampuannya. Namun
peringatan dini dapat dilaksanakan dengan cara yang sederhana yaitu dengan
pembacaan papan duga muka air secara manual yang harus dilaksanakan pada segala
kondisi cuaca (termasuk ditengah hujan lebat), dan mengkomunikasikan
perkembangan pembacaan peningkatan muka air melalui radio atau alat komunikasi
yang ada. Kelemahan dari sistem peringatan dini yang ada sekarang ini adalah
penyebaran luasan berita peringatan dini kepada masyarakat yang dapat terkena
banjir pada tingkat desa. Biasanya staf dari instasi yang bertanggung jawab
menerima berita dengan tepat waktu, namun masyarakat yang terkena dampak
menerima peringatan hanya pada saat‐saat terakhir. Penyiapan dan distribusi
peta rawan banjir akan membuat masyarakat menyadari bahwa mereka hidup di
daerah rawan banjir. Ramalan banjir dan sistem peringatan dini yang dipadukan
dengan peta rawan banjir dan rencana evakuasi hendaknya dikomunikasikan kepada
masyarakat yang berisiko terkena banjir sebagai upaya kewaspadaan /siaga, namun
informasi yang aktual hendaknya disebarkan secara cepat melalui stasiun‐stasiun
radio setempat, telpon dan pesan singkat (SMS).
H. Elemen Yang Paling Beresiko
Bencana banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia
dan harta benda, dapat juga melumpuhkan kegiatan sosial‐ekonomi penduduk.
Uraian rinci tentang korban manusia, kerusakan harta benda
dan prasarana umum antara lain:
1. Manusia
Jumlah penduduk yang meninggal dunia, hilang, luka-luka,
jumlah penduduk yang mengungsi
2. Harta Benda
Rumah tinggal yang tergenang, rusak dan hanyut‐ Harta
benda (aset) diantaranya modal barang produksi dan perdagangan, mobil,
perabotan rumah tangga, dan lainnya yang tergenang, rusak dan hilang. Sarana
pertanian‐peternakan‐perikanan : peternakan unggas, peternak hean berkaki
empat, dan ternaknya yang mati dan hilang. Perahu, dermaga dan sarana perikanan
yang rusak dan hilang.
3. Prasarana Umum
‐ Prasarana trasportasi yang tergenang, rusak dan
hanyut, diantaranya : jalan, jembatan dan bangunan lainnya; jalan KA, terminal
bus, jalan akses dan kompleks pelabuhan.
‐ Fasilitas sosial uamh tergenang, rusak dan hanyut
diantaranya : sekolah, rumah ibabadah, pasar, gedung pertemuan, Puskemas, Rumah
Sakit, Kantor Pos. Fasilitas pemerintahan, industri‐jasa, dan fasilitas
strategis lainnya: kantor instansipemerintah, komplek industri, komplek
perdangangan, instansi listrik, pembangkit listrik, jaringan distribusi gas,
instansi telekomunikasi yang tergenang, rusak dan hanyut serta dampaknya, misal
berapa lama fasilitas‐fasilitas terganggu sehingga tidak dapat memberikan
layanannya.
‐ Prasarana pertanian dan perikanan: sawah beririgasi
dan sawah tadah hujan yang tergenang dan puso (penurunan atau kehilangan
produksi), tambak, perkebunan, ladang, gudang pangan dan peralatan pertanian
dan perikanan yang tergenang (tergenang lebih dari tiga hari dikategorikan
rusak) dan rusak (terjadi penurunan atau kehilangan produksi) karena banjir.
‐ Prasarana pengairan: bendungan, bendung, tanggul,
jaringan irigasi, jaringan drainase, pintu air, stasion pompa, dan sebagainya.
I.
Mitigasi
Bencana Banjir
Mitigasi bencana banjir adalah
merupakan suatu upaya untuk mengurangi resiko akibat bencana banjir.Maksud dari
mitigasi bencana banjir adalah suatu kegiatan yang biasanya dilakukan untuk
mengurangi kerugian akibat dari bencana banjir seperti kerugian jiwa, harta dan
benda.
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah
sebagai berikut :
- Mengurangi
resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk, seperti
korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan kerusakan sumber
daya alam.
- Sebagai
landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
- Meningkatkan
pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta mengurangi
dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman
(safe).
Dalam bencana apapun, data sejarah
suatu kawasan rawan atau sumber bencana harus selalu ada, dipelajari dan
diperbaharui terus menerus tiap kali ada kejadian baru. Untuk kajian
perbandingan dengan peristiwa-peristiwa banjir terdahulu dan sebagi dasar
informasi peringatanyang akan disampaikan kepada masyarakat yang beresiko terlanda
banjir harus diingat unsur - unsur sebagai berikut :
- Analisis
kekerapan banjir.
- Pemetaan tinggi
rendah permukaan tanah (topografi).
- Pemetaan
bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai) lengkap dengan
perkiraan kemampuan sungai itu untuk menampung lebihan air.
- Catatan
pemantauan lelehan salju / es dan kelongsoran tebing / daerah hulu.
- Catatan pasang
surut gelombang laut (untuk kawasan pantai/pesisir).
- Geografi pesisir
/ pantai.
- Cara efektif
untuk memantau jalur banjir adalah lewat teknik-teknik penginderaan jauh,
misalnya Landsat.
J. Jenis-jenis Mitigasi
1. Mitigasi
Struktural
Mitigsasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan
bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan
menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk
pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang
bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk
memprediksi terjadinya gelombang tsunami.
Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi.
Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi.
2. Mitigasi
Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak
bencana selain dari upaya tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan
kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang Penanggulangan
Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini.
Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi.
Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan untuk
menghindari risiko yang tidak perlu dan merusak. tentu, sebelum perlu dilakukan
identifikasi risiko terlebih dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses
identifikasi dan evaluasi tentang kemungkinan terjadinya bencana dan dampak
yang mungkin ditimbulkannya.
K. Strategi Mitigasi
Strategi mitigasi bencana banjir secara umum dapat dibagi
menjadi tiga kegiatan yaitu upaya mitigasi non struktural, struktural serta peningkatan
peran serta masyarakat.
1. Upaya Mitigasi Non
Struktural
- Pembentukan
“Kelompok Kerja” (POKJA) yang beranggotakan dinas instansi terkait (diketuai
Dinas Pengairan/Sumber Daya Air) di tingkat kabupaten/kota sebagai dari Satuan
Pelaksana (SATLAK) untuk melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan kerja
atas upaya‐upaya nonfisik penanganan mitigasi bencana banjir diantara anggota
POKJA dan SATLAK, diantaranya inspkesi, pengamatan dan penelusuran atas
prasarana dan sarana pengendalian banjir yang ada dan langkah yang akan
diuraikan pada uraian selanjutnya.
- Merekomendasikan
upaya perbaikan atas prasarana dan sarana pengendalian banjir sehingga dapat
berfungsi sebagaimana direncanakan.
- Memonitor
dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan dan informasi lain
yang diperlukan untuk meramalkan kejadian banjir, daerah yang diidentifikasi
terkena banjir serta daerah yang rawan banjir.
- Menyiapkan
peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan plotting rute pengungsian, lokasi
pengungsian sementara, lokasi POSKO, dan lokasi pos pengamat debit banjir/
ketinggian muka air banjir di sungai penyebab banjir.
- Mengecek
dan menguji sarana sistem peringatan dini yang ada dan mengambil
langkah‐langkah untuk memeliharanya dan membentuknya jika belum tersedia dengan
sarana yang paling sederhana sekalipun.
- Melaksanakan
perencanaan logistik dan penyediaan dana, peralatan dan material yang
diperlukan untuk kegiatan/upaya tanggap darurat, diantaranya dana persediaan
tanggap darurat; persediaan bahan pangan dan air minum; peralatan penangulangan
(misalnya movable pump, dumb truck, dll); material penanggulangan (misalnya
kantong pasir, terucuk kayu/bambu, dll); dan peralatan penyelamatan (seperti
perahu karet, pelampung, dll).
- Perencanaan
dan penyiapan SOP (Standard Operation Procedure)/Prosedur Operasi Standar untuk
kegiatan/tahap tanggap darurat yang melibatkan semua anggota SATKORLAK, SATLAK
dan POSKO diantaranya identifikasi daerah rawan banjir, identifikasi rute
evakuasi, penyediaan peralatan evekuasi (alat transportasi, perahu,dll),
identifikasi dan penyiapan tempat pengungsian sementara seperti peralatan
sanitasi mobile, penyediaan air minum, bahan pangan, peralatan daput umum,
obat‐obatan dan tenda darurat.
- Pelaksanaan
Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi langsung kepada masyarakat dan
penerbitan press release/ penjelasan kepada press dan penyebar luasan informasi
tentang banjir melalui media masa cetak maupun elektronik yaitu station TV dan
station radio.
- Melaksanakan
pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat SATLAK dan peralatan
evakuasi, dan kesiapan tempat pengungsian sementara beserta perlengkapannya.
- Mengadakan
rapat‐rapat koordinasi di tingkat BAKORNAS, SATKORLAK, SATLAK, dan POKJA Antar
Dinas/instansi untuk menentukan beberapa tingkat dari resiko bencana banjir
berikut konsekuensinya dan pembagian peran diantara instansi yang terkait,
serta pengenalan/ diseminasi kepada seluruh anggota SATKORLAK, SATLAK,
dan POSKO atas SOP dalam kondisi darurat dan untuk menyepakati format dan
prosedur arus informasi/laporan.
- Membentuk
jaringan lintas instansi/sektor dan LSM yang bergerak dibidang kepedulian
terhadap bencana serta dengan media masa baik cetak maupun elektronik (stasion
TV dan radio) untuk mengadakan kempanye peduli bencana kepada masyarakat
termasuk penyaluran informasi tentang bencana banjir
- Melaksanakan
pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman banjir dan resiko yang terkait
serta pengunaan material bangunan yang tahan air/banjir.
2. Upaya
Mitigasi Struktural
- Pembangunan
tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai
yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk mengurangi bencana
banjir pada tingkat debit banjir yang direncanakan.
- Pengaturan
kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat membantu
mengurangi terjadinya bencana banjir. Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk
mengatur kecepatan air dan debit aliran air masuk kedalam sistem pengaliran
diantaranya adalah dengan reboisasi dan pembangunan sistem peresapan serta
pembangunan bendungan/waduk.
- Pengerukan
sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka maupun tertutup
atau terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya banjir.
3. Peran serta
Masyarakat
Masyarakat baik sebagai individu maupun masyarakat secara
keseluruhan dapat berperan secara signifikan dalam manajemen bencana banjir
yang bertujuan untuk memitigasi dampak dari bencana banjir. Peranan dan
tangungjawab masyarakat dapat dikategorikan dalam dua aspek yaitu aspek yaitu
aspek penyebab dan aspek partisipasipatif.
Aspek penyebab, jika beberapa peraturan yang sangat
berpengaruh atas factor ‐faktor penyebab banjir dilaksanakan atau dipatuhi
akan secara signifikan akan mengurangi besaran dampak bencana banjir,
faktor‐faktor tersebut adalah :
- Tidak
membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem drainase,
- Tidak
membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau mempersempit palung
aliran sungai,
- Tidak
tinggal dalam bantaran sungai
- Tidak
menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau untuk hal‐hal lain
diluar rencana peruntukkannya.‐ Menghentikan penggundulan hutan di daerah
tangkapan air,
- Menghentikan
praktek pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan dengan kaidah‐kaidah
konservasi air dan tanah, dan ikut mengendalikan laju urbanisasi dan
pertumbuhan penduduk.
Aspek partisipatif, dalam hal ini partisipasi atau
kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana banjir yang akan
diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup :
- Ikut
serta dan aktif dalam latihan‐latihan (gladi) upaya mitigasi bencana banjir
misalnya kampanye peduli bencana, latihan kesiapan penanggulangan banjir dan
evakuasi, latihan peringatan dini banjir dan sebagainya.
- Ikut
serta dan aktif dalam program desain & pembangunan rumah tahan banjir antara
lain rumah tingkat, penggunaan material yang tahan air dan gerusan air.
- Ikut
serta dalam pendidikan publik yang terkait dengan upaya mitigasi bencana
banjir.
- Ikut
serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan pembangunan
prasarana pengendalian banjir dan upaya mitigasi bencana banjir.
- Melaksanakan
pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan kondisi banjir setempat untuk
mengurangi kerugian usaha dan lahan pertanian dari banjir dan mengadakan gotong
– royong pembersihan saluran drainase yang ada dilingkungannya masing‐masing.
L. Dokumentasi Banjir
seorang anak berjuang saat banjir :( |
Tim SAR membantu korban banjir |
Sampah penyebab banjir |
Dahsyatnya banjir manado :
Dokumentasi Kelompok
Nah teman-teman, setelah kita membaca mitigasi banjir di atas, coba kalian jawab pertanyaan berikut :
1.Bencana apa sajakah yang sering terjadi di Indonesia!
2.Jelaskan mengapa di Indonesia sering terjadi bencana!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Mitigasi adaptasi bencana itu!
4. Sebutkan tahap-tahap penanganan bencana alam!
5.Jelaskan langkah apa sajakah yang seharusnya dilakukan sebelum, pada saat dan sesudah terjadi bencana Banjir!
Coba kalian tulis jawabannya pada kolom komentar di bawah, Semoga bermanfaat ;)
KELOMPOK 5
ANGGOTA KELOMPOK : AHMAD REZA F. /01
INDAH
NISRINA S./20
KARINA
KHAIRUNNISA / 21
M.ADITYA
NIF’AN AT-TAHER / 26